Seventeen kini memang tak lagi berisi anak-anak muda belasan
tahun yang “nekat” berkarya karena ingin berekpresi soal cinta,
kegelisahan dan kesedihan. Kini, band asal Jogjakarta ini merevolusi
dirinya sendiri, dengan tampilan yang lebih matang dan dewasa.
Sebenarnya, band yang lahir 17 Januari 1999 ini tak tergolong band
baru. Di ranah musik pop, Seventeen sudah melahirkan 2 album yang
terhitung lumayan. Tidak meledak banget, tapi membuat penikmat musik
Indonesia sempat menoleh.
Kala itu, selain Bani (bass), Andi (drum), Yudhi (gitar), dan Herman
(gitar), divisi vokal masih diisi line-up Doni. Bareng Doni, Seventeen
sempat menelorkan dua album [Bintang Terpilih & Sweet Seventeen].
Bertapa 3 tahun, ternyata membawa banyak perubahan internal band yang
beberapa lagunya sempat menjadi theme-song beberapa sinetron di
televisi swasta. Perubahan itu terasa sekali pada
personil yang kini mengisi Seventeen. Doni, frontman yang seolah menjadi ikon, memilih mundur. Kemudian tidak ada lagi nama Andi di posisi drum.
personil yang kini mengisi Seventeen. Doni, frontman yang seolah menjadi ikon, memilih mundur. Kemudian tidak ada lagi nama Andi di posisi drum.
Mundurnya Doni, memang menjadi “keribetan” sendiri. Selain banyak
mencipta lagu di album sebelumnya, karakter vokal Doni sudah ngeblend
banget dengan Seventeen. Alhasil, ketika melakukan audisi, personil
lainnya sempat ketar-ketir sebelum akhirnya menemukan Ifan, cowok asal
Pontianak, sebagai vokalis.
Ifan pula yang didapuk sebagai vokalis di album ketiga bertajuk
‘LELAKI HEBAT’ [2008]. Ada perbedaan karakter yang kental. Doni
berkarakter rock dengan aksentuasi serak yang khas, sementara Ifan lebih
ngepop banget dengan ornamen melayu. Jadilah album ketiga ini, pop
habis.
Album ini, SEVENTEEN menjagokan single ‘Selalu Mengalah’ yang
terdengar lebih fresh dan ngepop dibanding track album sebelumnya. Oh
ya, ketika merilis album, band Jogjakarta ini memilih “sarangnya”
pembajak di Glodok. Bukan cari sensasi, tapi karena mereka gemas dan
sebel dengan ulah pembajak itu. SEVENTEEN sangat sadar, kalau usai rilis
album, tiba-tiba saja albumnya sudah da di lapak-lapak di Glodok. “Itu
sudah kita antipasi, meski susah mencegahnya paling tidak kita sudah
melakukan aksi,” kata Yudhi kepada RILEKS.COM, usai acara.
SEVENTEEN memang sedang “bertaruh” dengan keberuntungan. Menjadi band
medioker tentu bukan harapan mereka. Tapi kalau memang kudu berkutat
dilevelan itu, SEVENTEEN mengaku akan tetap berkarya. [joko/foto:
istimewa]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar